Rupiah Terpuruk di Rp16.359 Sementara Mata Uang Asia Menguat
Pada perdagangan pasar spot Kamis (20/2) pagi, nilai tukar rupiah mengalami tekanan dan dibuka di level Rp16.359 per dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang nasional ini melemah 34 poin atau turun 0,21 persen dibandingkan dengan posisi sebelumnya.
Sementara itu, mayoritas mata uang di kawasan Asia menunjukkan tren positif. Won Korea Selatan mengalami kenaikan sebesar 0,07 persen, sedangkan dolar Singapura menguat 0,10 persen. Mata uang lain seperti ringgit Malaysia dan baht Thailand turut mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 0,12 persen. Bahkan, peso Filipina juga terdorong naik 0,14 persen, sementara yen Jepang melesat dengan penguatan signifikan sebesar 0,61 persen.
Namun, tidak semua mata uang Asia mengalami tren positif. Dolar Hong Kong melemah tipis 0,02 persen, diikuti oleh yuan China yang mengalami koreksi sebesar 0,04 persen. Sementara itu, rupee India juga tercatat menurun 0,10 persen.
Rupiah Terpuruk di Rp16.359 Sementara Mata Uang Asia Menguat
Faktor yang Mempengaruhi Melemahnya Rupiah
Pelemahan rupiah dalam perdagangan kali ini tidak terlepas dari sejumlah faktor eksternal maupun domestik. Dari sisi global, sentimen pasar masih didominasi oleh kebijakan moneter Amerika Serikat yang cenderung ketat. Bank Sentral AS (The Federal Reserve) terus mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi, sehingga meningkatkan daya tarik dolar AS bagi para investor.
Selain itu, data ekonomi terbaru dari Negeri Paman Sam menunjukkan kinerja yang lebih baik dari perkiraan, memberikan dorongan tambahan bagi dolar AS. Hal ini membuat tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, semakin besar.
Dari dalam negeri, kondisi makroekonomi dan kebijakan moneter juga menjadi faktor penentu pergerakan rupiah. Bank Indonesia terus memantau volatilitas pasar guna menjaga stabilitas mata uang. Namun, arus modal asing yang keluar akibat ketidakpastian global menjadi tantangan tersendiri bagi rupiah.
Respon Bank Indonesia terhadap Pelemahan Rupiah
Bank Indonesia (BI) tidak tinggal diam melihat pelemahan rupiah. Langkah-langkah intervensi di pasar valuta asing terus dilakukan untuk menjaga stabilitas. BI juga tetap berkomitmen untuk menjaga tingkat suku bunga yang kompetitif guna menarik aliran investasi ke dalam negeri.
Selain itu, koordinasi dengan pemerintah terkait kebijakan fiskal dan moneter juga semakin diperkuat untuk memastikan pertumbuhan ekonomi tetap stabil di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Prospek Rupiah ke Depan
Ke depan, pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada server thailand dinamika global, khususnya kebijakan yang akan diambil oleh The Fed serta kondisi perekonomian domestik. Jika tekanan inflasi di AS mereda dan ada indikasi pelonggaran kebijakan moneter, maka rupiah berpotensi untuk kembali menguat.
Namun, jika ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut dan dolar AS terus menguat, maka rupiah kemungkinan akan tetap dalam tekanan. Oleh karena itu, pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pergerakan mata uang ini.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh otoritas keuangan dan pemerintah, diharapkan stabilitas rupiah dapat terus dijaga sehingga ekonomi Indonesia tetap berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.